Jumat, 07 Oktober 2016

Pengobatan Stroke

Jika stroke ditangani secara efektif, selain dapat menyelamatkan nyawa, cacat jangka panjang juga dapat dicegah. Para ahli dan dokter spesialis telah menetapkan standar penanganan stroke, di antaranya adalah:
  • Dalam penanganan pertama, segera hubungi rumah sakit untuk meminta ambulans.
  • Bawa pasien ke rumah sakit yang menyediakan penanganan dari dokter spesialis.
  • Lakukan pemindaian segera, misalnya CT scan atau MRI scan.
  • Tempatkan pasien di unit penanganan khusus stroke.
  • Pemeriksaan dampak kerusakan stroke, salah satunya dengan tes menelan.
  • Bawa pasien untuk menjalani rehabilitasi stroke.
  • Selalu beri dukungan pasien stroke agar dia dapat kembali hidup normal di tengah-tengah masyarakat.

Pengobatan stroke iskemik

Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan pengembalian aliran darah.
Pengembalian aliran darah ini dapat melalui penyuntikan tPA (Tissue Plasminogen Activator) pada vena ataupun arteri. Akan tetapi tidak semua pasien cocok dengan pengobatan ini. Pemberian tPA hanya efektif jika diberikan pada empat setengah jam pertama setelah serangan stroke mulai. Jika lewat jangka waktu tersebut, obat ini tidak terbukti memiliki dampak yang positif. Pada dasarnya, peluang untuk sembuh semakin besar jika tPA semakin cepat diberikan.
Untuk mengurangi kemungkinan pembekuan darah, pasien juga bisa diberikan obat anti trombosit seperti aspirin karena aspirin dapat mengurangi kadar kelengketan dalam sel-sel darah. Pasien bisa diberikan obat anti-platelet lainnya jika alergi terhadap aspirin.
Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-obatan antikoagulan, seperti heparin dan warfarin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi darah. Obat antikoagulan sangat cocok diberikan pada penderita stroke dengan detak jantung tidak beraturan. Sedangkan untuk masalah stroke yang berkaitan dengan kolesterol tinggi, kemungkinan dokter akan merekomendasikan statin guna menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam organ hati..
Salah satu cara mencegah stroke iskemik adalah dengan menurunkan tekanan darah. Jika tekanan darah seseorang terlalu tinggi, maka dokter akan memberikan obat antihipertensi untuk menurunkannya, seperti obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha- and beta-blocker), thiazide, dan obat penghambat saluran kalium (calcium channel blocker).

Penyempitan pembuluh darah karotis

Karotis adalah arteri atau pembuluh darah di leher yang berfungsi sebagai penyalur darah ke otak. Beberapa stroke iskemik terjadi akibat adanya penumpukan lemak  yang menyempitkan pembuluh darah karotis. Penyempitan ini dikenal juga sebagai stenosis karotis (carotid stenosis).
Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah kambuhnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit jantung.
Selain endarterektomi karotis, operasi serupa yang juga bertujuan melancarkan arteri karotis adalah angioplasti. Namun pada operasi ini sayatan tidak dibuat langsung di leher, melainkan di pangkal paha. Kateter yang membawa sebuah balon khusus dan stent kemudian dimasukkan ke dalam arteri pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Setelah berada dalam arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga dengan stent.

Pengobatan stroke hemoragik

Pada kasus stroke hemoragik, pengobatan yang sifatnya darurat difokuskan untuk menghentikan pendarahan di dalam otak dan mengurangi tekanan pada organ tersebut. Selain memberi obat penurun tekanan di dalam otak, dokter juga mungkin akan meresepkan obat untuk menurunkan hipertensi, mencegah kejang dan mencegah penyempitan pembuluh darah (vasospasme)
Pemberian obat-obatan untuk melawan efek pengenceran darah pada pasien yang mengonsumsi warfarin atau obat-obatan anti-platelet, juga mungkin akan dilakukan.
Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi. Operasi dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah yang pecah dan membersihkan darah di otak. Prosedur operasi ini disebut sebagai kraniotomi. Selama kraniotomi, bagian kecil tengkorak kepala akan dibuka. Kemudian dokter akan memperbaiki pembuluh darah yang rusak dan memastikan tidak ada pembekuan darah. Tulang tengkorak yang dibuka tadi akan dipasang kembali setelah pendarahan berhenti.
Setelah operasi, pasien akan diberikan fasilitas ventilator untuk membantunya bernapas. Ventilator memberi waktu pada tubuh pasien untuk pulih dan mengontrol pembengkakan di otak. Biasanya selama pemulihan, pasien akan diberikan obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya kembali serangan stroke.

Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack) atau stroke ringan

TIA dapat mengarah pada serangan stroke yang lebih besar. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dokter akan memberikan obat sesuai dengan penyebab terjadinya TIA. Obat-obatan yang akan diberikan dapat meliputi obat antiplatelet dan obat antikoagulasi.
Jika TIA terkait kolesterol dan tekanan darah tinggi, maka dokter akan memberi obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor)  atau statin, atau bahkan kombinasi keduanya. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi carotid endartectomy diperlukan jika TIA terjadi akibat penumpukan lemak pada arteri karotis.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

LAYANAN PELANGGAN